Kamis, 08 Maret 2012

1 TEORI BELAJAR


TEORI BELAJAR

1.   Teori Disiplin Mental
Teori ini dilandasi tanpa eksperimen, jadi orientasinya bersifat filosofis atau spekulatif yang dikembangkan oleh Plato dan Aristoteles. Menganggap bahwa dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih, misalnya anak-anak diberikan daftar kata-kata dengan menggunakan kartu dimana tertulis setiap kata itu untuk dihafal setiap jam dan setiap hari kemudian diadakan evaluasi.
2.   Teori Behavioristik
Teori ini dikembangkan oleh Thorndike dengan trial and error-nya yang menghasilkan teori belajar connectionism sebagai awal dari pembentukan stimulus dan respon.
Ada tiga prinsip hukum belajar, yaitu : (1) Law of readines, (2) Law of exercise, (3) Law of effect. Teori ini berkembang menjadi teori pengkondisian (conditioning) yang dikembangkan oleh Ivan Pavlov yang menggunakan percobaan anjing, yang menghasilkan diantaranya reinforcement. Menurut teori ini belajar adalah perubahan tingkah laku. Teori disiplin mental maupun teori behavioristik masih juga berada di sekolah-sekolah di Indonesia.
Kritik terhadap teori behavioristik, yaitu:
a.    Apakah penelitian tentang proses belajar yang menyangkut hubungan stimulus respon (S-R) yang diperoleh melalui binatang sebagai subyek penelitian karakternya sama apabila diterapkan pada manusia?
b.    Apakah hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium akan relevan dengan situasi belajar sesungguhnya?
c.    Apakah faktor-faktor sosial juga diperhatikan dalam penelitian eksperimen di laboratorium?
3.   Teori Kognitif
Teori dikembangkan oleh ahli psikologi kognitif yang berbeda dengan behavioristik yang dipelopori oleh Gestalt yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Dari pengamatannya ia menyesalkan penggunaan metode menghafalkan di sekolah dan menghendaki siswa belajar dengan pengertian bukan hafalan.
Teori ini menekankan keseluruhan yang terpadu, alam kehidupan manusia dan perilaku manusia selalu merupakan keseluruhan. Bentuknya yang utuh, pola kesatuan dan keseluruhan lebih berarti dari pada bagian-bagian. Penangkapan makna ini disebut mengerti atau insight.
4.   Teori Konstruktivistik
Teori konstruktivistik pada dasarnya adalah seseorang yang belajar itu berdasarkan pada karakter dan potensi yang ada pada dirinya. Mereka membangun dirinya sendiri melalui bantuan orang lain. Pemanfaatan lingkungan belajar secara optimal yang ada pada lingkungan sekitar. Teori ini didalam pembelajaran akan berdampak berbeda dengan teori belajar behavioristik. Apabila dibandingkan dapat kita lihat pada caption berikut:

Analisis Komparatif Pandangan Behavioristik-Konstruktivistik
1.    Pandangan Behavioristik dan Konstruktivistik tentang belajar dan pembelajaran
BEHAVIORISTIK
KONSTRUKTIVISTIK
Behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, dan tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur rapi.
Konstruktivistik memandang bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu.
Belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar.
Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar adalah menata lingkungan agar si belajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan.
Si belajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar itulah yang harus dipahami oleh si belajar.
Si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya.
Fungsi mind adalah menjiplak struktur pengetahuan melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan.
Mind berfungsi sebagai alat untuk menginterpretasikan peristiwa, obyek, atau perspektif yang ada dalam dunia nyata sehingga makna yang dihasilkan bersifat unik dan individualistik.

2.    Pandangan Behavioristik dan Konstruktivistik tentang Penataan Lingkungan Belajar dan Pembelajaran
BEHAVIORISTIK
KONSTRUKTIVISTIK
Keteraturan, kepastian, ketertiban
Ketidakteraturan, ketidakpastian, kesemrawutan
Si belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial. Pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.
Si belajar harus bebas. Kebebasan menjadi unsur yang esensial dalam lingkungan belajar.
Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.
Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat sebagai interpretasi yang berbeda yang perlu dihargai.
Ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Si belajar adalah obyek yang harus berperilaku sesuai dengan aturan.
Kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Si belajar adalah subyek yang harus mampu menggunakan kebebasan untuk melakukan pengaturan diri dalam belajar.
Kontrol belajar dipegang oleh sistem yang berada di luar diri si belajar.
Kontrol belajar dipegang oleh si belajar.

3.    Pandangan Behavioristik dan Konstruktivistik tentang Tujuan Pembelajaran
BEHAVIORISTIK
KONSTRUKTIVISTIK
Tujuan pembelajaran ditekankan pada penambahan pengetahuan.
Tujuan pembelajaran ditekankan pada belajar bagaimana belajar.

4.    Pandangan Behavioristik dan Konstruktivistik tentang Strategi Pembelajaran
BEHAVIORISTIK
KONSTRUKTIVISTIK
Penyajian isi menekankan pada keterampilan yang terisolasi dan akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian keseluruhan.
Penyajian isi menekankan pada penggunaan pengetahuan secara bermakna mengikuti urutan dari keseluruhan ke bagian.
Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat.
Pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk meladeni pertanyaan atau pendangan si belajar.
Aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks dengan penekanan pada keterampilan mengungkapkan kembali isi buku teks.
Aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada data primer dan bahan manipulatif dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis.
Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil.
Pembelajaran menekankan kepada proses.

1 komentar:

 

Nikychoy Synyster Blog Copyright © 2011 - |- Template created by Niky Choy