PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
FILSAFAT ILMU
A. Pendahuluan
Konsep dasar filsafat ilmu adalah kedudukan, fokus, cakupan, tujuan dan
fungsi serta kaitannya dengan implementasi kehidupan sehari-hari.
Berikutnya dibahas pula tentang karakteristik filsafat, ilmu dan
pendidikan serta jalinan fungsional antara ilmu, filsafat dan agama.
Pembahasan filsafat ilmu juga mencakup sistematika, permasalahan,
keragaman pendekatan dan paradigma (pola pikir) dalam pengkajian dan
pengembangan ilmu dan dimensi ontologis, epistomologis dan aksiologis.
Selanjutnya dikaji mengenai makna, implikasi dan implementasi filsafat
ilmu sebagai landasan dalam rangka pengembangan keilmuan dan
kependidikan dengan penggunaan alternatif metodologi penelitian, baik
pendekatan kuantitatif dan kualitatif, maupun perpaduan kedua-duanya.
Filsafat dan ilmu pada dasarnya adalah dua kata yang saling terkait,
baik secara substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak
lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah merubah pola pemikiran
bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi
logosentris. Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup
besar dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang
menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi, baik yang
berkaitan dengan makro kosmos maupun mikrokosmos. Dari sinilah lahir
ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang menjadi lebih
terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin
aplikatif dan terasa manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari segala ilmu
membangun kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu
ontologi, epistimologi dan axiologi. Maka Filsafat Ilmu menurut Jujun
Suriasumantri merupakan bagian dari epistimologi (filsafat ilmu
pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan
ilmiah). Dalam pokok bahasan ini akan diuraika pengertian filsafat ilmu,
dan obyek yang menjadi cakupannya.1)
B. Pembahasan
1. Pengertian Filsafat Ilmu
Istilah filsafat bisa ditinjau dari dua segi, semantik dan praktis. Segi
semantik perkataan filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang
berasal dari bahasa Yunani, philosophia yang berarti philos = cinta,
suka (loving) dan Sophia = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosopia
berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran.
Maksudnya, setiap orang yang berfilsafah akan menjadi bijaksana. Orang
yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher dalam bahasa Arab
disebut failasuf. Dari segi praktis filsafat berarti alam pikiran atau
alam berfikir. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir
berarti berfilsafat. Berfilsafat maknanya berpikir secara mendalam dan
sungguh-sungguh.
2) Pengertian ilmu yang dikemukakan oleh Mohammad Hatta adalah pengetahuan
yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah
yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar,
maupun menurut hubungannya dari dalam.
Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran mendefinikan
ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan suatu
pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu
dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu yang pada prinsipnya
dapat diamati panca indera manusia.
______________________________
1. http://gurutrenggalek.blogspot.com
2. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 9
3. http://filsafat-ilmu.blogspot.com
Menurut Robert Ackerman filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu
tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan
perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari
pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu
kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual. Lewis White
Beck, memberi pengertian bahwa filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi
metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya
upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
Menurut A. Cornelius Benjamin filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan
filsafat yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya
metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta
letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.
Michael V. Berry berpendapat bahwa filsafat ilmu adalah penelaahan
tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan
antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.
Menurut May Brodbeck filsafat ilmu adalah analisis yang netral secara
etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan –
landasan ilmu. Peter Caws Filsafat ilmu merupakan suatu bagian
filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya
melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam
hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam
semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan
tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal
yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau
tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada
penghapusan kesalahan. 4)
_____________________________
4. http: //areknarsis.dagdigdug.com
Filsuf adalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan
sungguh-sungguh dan mendalam. Ringkasnya filsafat adalah hasil akal
seseorang manusia yang memikirkan dan mencari suatu kebenaran dengan
sedalam-dalamnya. Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan
sungguh-sungguh hakekat kebenaran segala sesuatu.5)
Stephen R. Toulmin mengemukana bahwa sebagai suatu cabang ilmu, filsafat
ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam
proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola
perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan,
pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya
menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan
logika formal, metodologi praktis, dan metafisika.6)
Dari uraian di atas akan diperoleh suatu gambaran bahwa filsafat ilmu
merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai
hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun
aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari
epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji
hakikat ilmu, seperti obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang
hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan
daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
________________________
5. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 9
6. http: //areknarsis.dagdigdug.com
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa
ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar
mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut
kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu
kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan
epistemologis)
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana
kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?
Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan
moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ?
2. Obyek Filsafat Ilmu
Imam Raghib al-Ashfahani mengatakan bahwa ilmu adalah mengetahui sesuatu
sesuai dengan hakekatnya. Ia terbagi dua, pertama mengetahui inti
sesuatu itu, kedua menghukum adanya sesuatu pada sesuatu yang ada atau
menafikan sesuatu yang tidak ada, maksudnya mengatahui hubungan sesuatu
dengan sesuatu.7)
Louis Kattsoff mengatakan bahasa yang dipakai dalam filsafat dan ilmu
pengetahuan dalam beberapa hal saling melengkapi. Hanya saja bahasa yang
dipakai dalam filsafat mencoba untuk berbicarakan mengenai ilmu
pengetahuan dan bukannya dalam ilmu pengetahuan.
_________________________
7. Yusuf Qardawi, 1998, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan
Ilmu Pengetahuan, hal. 88
Namun apa yang harus dikatakan oleh seorang ilmuan mungkin penting pula bagi seorang filsuf.8)
Dari sudut pandang lainnya Raghib al-Asfahani mengatakan bahwa ilmu
dapat pula dibagi menjadi dua bagian yaitu ilmu rasional dan dokrinal.
Ilmu rasional adalah ilmu yang didapat dengan akal dan penelitian,
sedangkan ilmu dokrinal merupakan ilmu yang didapatkan dengan
memberitakan wahyu dan nabi.9)
Pada dasarnya setiap ilmu mempunyai dua macam obyek, yaitu obyek
material dan obyek formal. Obyek material adalah sesuatu yang dijadikan
sasaran penyelidikan, seperti tubuh adalah obyek material ilmu
kedokteran. Adapun obyek formalnya adalah metode untuk memahami obyek
material tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif.
Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal juga
memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material filsafat adalah
segala yang ada, baik mencakup ada yang tampak maupun ada yang tidak
tampak. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedang ada yang tidak
tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosuf membagi obyek material
filsafat atas tiga bagian, yaitu: yang ada dalam alam empiris, yang ada
dalam alam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun obyek formal
filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional
tentang segala yang ada.
________________________
8. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 14
9. Yusuf Qardawi, 1998, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan
Ilmu Pengetahuan, hal. 88
Dalam perspektif ini dapat diuraikan bahwa filsafat ilmu pada
prinsipnya memiliki dua obyek substantif dan dua obyek instrumentatif,
yaitu:
1. Obyek Subtantif, yang terdiri dari dua hal
a. Fakta (Kenyataan)
Yaitu empiri yang dapat dihayati oleh manusia. Dalam memahami fakta
(kenyataan ini ada beberapa aliran filsafat yang meberikan pengertian
yang berbeda-beda, diantaranya adalah positivisme, –ia hanya mengakui
penghayatan yang empirik dan sensual. Sesuatu sebagai fakta apabila ada
korespondensi antara yang sensual satu dengan yang sensual lainnya. Data
empirik sensual tersebut harus obyektif tidak boleh masuk subyektifitas
peneliti–. Fakta itu yang faktual ada phenomenology. Fakta bukan
sekedar data empirik sensual, tetapi data yang sudah dimaknai atau
diinterpretasikan, sehingga ada subyektifitas peneliti.
Tetapi subyektifitas di sini tidak berarti sesuai selera peneliti,
subyektif disini dalam arti tetap selektif sejak dari pengumpulan data,
analisis sampai pada kesimpulan.. Data selektifnya mungkin berupa ide ,
moral dan lain-lain. Orang mengamati terkait langsung dengan
perhatiannya dan juga terkait pada konsep-konsep yang dimiliki.
Kenyataan itu terkonstruk dalam moral realism, sesuatu itu sebagai nyata
apabila ada korespondensi dan koherensi antara empiri dengan skema
rasional.
Mataphisik sesuatu sebagai nyata apabila ada koherensi antara empiri
dengan yang obyektif universal. Yang nyata itu yang riil exsist dan
terkonstruk dalam kebenaran obyektif. Empiri bukan sekedar empiri
sensual yang mungkin palsu, yang mungkin memiliki makna lebih dalam yang
beragam. Empiri dalam realisme memang mengenai hal yang riil dan memang
secara substantif ada. Dalam realisme metaphisik skema rasional dan
paradigma rasional penting.
Empiri yang substantif riil baru dinyatakan ada apabila ada koherensi
yang obyektif universal. Pragmatis, yang ada itu yang berfungsi,
sehingga sesuatu itu dianggap ada apabila berfungsi. Sesuatu yang tidak
berfungsi keberadaannya dianggap tidak ada
Rasionalistik : Yang nyata ada itu yang nyata ada, cocok dengan akal dan dapat dibuktikan secara rasional atas keberadaanya.10)
b. Kebenaran
Positivisme, benar substantif menjadi identik dengan benar faktual
sesuatu dengan empiri sensual. Kebenaran pisitivistik didasarkan pada
diketemukannya frekwensi tinggi atau variansi besar. Bagi positivisme
sesuatu itu benar apabila ada korespondensi antara fakta yang satu
dengan fakta yang lain phenomenology, kebenaran dibuktikan berdasarkan
diketemukannya yang esensial, pilah dari yang non esensial atau
eksemplar dan sesuai dengan skema moral tertentu. Secara esensial
dikenal dua teori kebenaran, yaitu teori kebenaran korespondensi dan
teori kebenaran koherensi. Bagi phenomenologi, phenomena baru dapat
dinyatakan benar setelah diuji korespondensinya dengan yang dipercaya.
Realisme Metaphisik, ia mengakui kebenaran bila yang faktual itu koheren
dengan kebenaran obyektif universal. Realisme, sesuatu itu benar
apabila didukung teori dan ada faktanya. Realisme baru menuntut adanya
konstruk teori (yang disusun deduktif probabilisti) dan adanya empiri
terkonstruk pula. Islam, sesuatu itu benar apabila
________________________
10. http://gurutrenggalek.blogspot.com
yang empirik faktual koheren dengan kebenaran transenden berupa
wahyu. Pragamatisme, mengakui kebenaran apabila faktual berfungsi.
Rumusan substantif tentang kebenaran ada beberapa teori, menurut Michael
Williams ada lima teori kebenaran, yaitu,
- Kebenaran Preposisi, yaitu teori kebenaran yang didasarkan pada
kebenaran proposisinya baik proposisi formal maupun proposisi
materialnya.
- Kebenaran Korespondensi, teori kebenaran yang mendasarkan suatu
kebenaran pada adanya korespondensi antara pernyataan dengan kenyataan
(fakta yang satu dengan fakta yang lain). Selanjutnya teori ini kemudian
berkembang menjadi teori Kebenaran Struktural Paradigmatik, yaitu teori
kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada upaya mengkonstruk
beragam konsep dalam tatanan struktur teori (struktur ilmu/structure of
science) tertentu yang kokoh untuk menyederhanakan yang kompleks atau
sering
- Kebenaran Koherensi atau Konsistensi, yaitu teori kebenaran yang
medasarkan suatu kebenaran pada adanya kesesuaian suatu pernyataan
dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui,
diterima dan diakui kebenarannya.
- Kebenaran Performatif, yaitu teori kebenaran yang mengakui bahwa
sesuatu itu dianggap benar apabila dapat diaktualisasikan dalam
tindakan.
- Kebenaran Pragmatik, yaitu teori kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu
itu benar apabila mempunyai kegunaan praktis. Dengan kata lain sesuatu
itu dianggap benar apabila mendatangkan manfaat dan salah apabila tidak
mendatangkan manfaat.
2. Obyek Instrumentatif yang terdiri dari dua hal:
a. Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah untuk menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang
akan datang atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat
ditampilkan sebagai konfirmasi absolut dengan menggunakan landasan:
asumsi, postulat atau axioma yang sudah dipastikan benar. Pemaknaan juga
dapat ditampilkan sebagai konfirmi probabilistik dengan menggunakan
metode induktif, deduktif, reflektif. Dalam ontologi dikenal pembuktian a
priori dan a posteriori. Untuk memastikan kebenaran penjelasan atau
kebenaran prediksi para ahli mendasarkan pada dua aspek: (1) Aspek
Kuantitatif; (2) Aspek Kualitatif.Dalam hal konfirmasi, sampai saat ini
dikenal ada tiga teori konfirmasi, yaitu,
- Decision Theory, menerapkan kepastian berdasar keputusan apakah
hubungan antara hipotesis dengan evidensi memang memiliki manfaat
aktual.
- Estimation Theory, menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar – salah dengan menggunakan konsep probabilitas.
- Reliability Analysis, menetapkan kepastian dengan mencermati
stabilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah karena kondisi atau
karena hal lain) terhadap hipotesis.11)
_________________________
11. http://gurutrenggalek.blogspot.com
b. Logika Inferensi
Studi logika adalah studi tentang tipe-tipe tata pikir. Pada mulanya
logika dibangun oleh Aristoteles (384-322 SM) dengan mengetengahkan tiga
prinsip atau hukum pemikiran, yaitu : Principium Identitatis (Qanun
Dzatiyah), Principium Countradictionis (Qanun Ghairiyah), dan Principium
Exclutii Tertii ((Qanun Imtina’). Logika ini sering juga disebut dengan
logika Inferensi karena kontribusi utama logika Aristoteles tersebut
adalah untuk membuat dan menguji inferensi. Dalam perkembangan
selanjutnya Logika Aristoteles juga sering disebut dengan logika
tradisional. 12)
Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerapkan ilmu pengetahuan mengisi
filsafat dengan sejumlah besar materi aktual dan deskriptif yang sangat
perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuan yang juga filsuf.
Para filosof terlatih dalam metode ilmiah dan sering pula menuntut minat
khusus dalam beberapa disiplin ilmu.13)
3. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Pada dasarnya , setiap ilmu memiliki dua macam objek , yaitu objek
material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan
sasaran penyelidikan,seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu
kedokteran. Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis
_________________________
12. http://gurutrenggalek.blogspot.com
13. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 14
dan adil juga memiliki objek material dan objek formal. Objek
material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada
yang tampak dan ada yang tidak tampak.
Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam
empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan adapun,
objek formal,dan rasional adalah sudut pandang yang menyeluruh, radiakl
dan rasional tentang segala yang ada. Setelah berjalan beberapa lama
kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakain bercabang dan
berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan
yang peraktis.inilah peroses terbentuknya ilmu secara bersenambungan
.Will Durant mengibaratkan filsafat bagaikan pasukan mariner yang
merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. 14)
Pada bagian lain dikatakan bahwa filsafat dalam usahanya mencari jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan harus memperhatikan
hasil-hasil ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam usahnya menemukan
rahasia alam kodrat haruslah mengetahui anggapan kefilsafatan mengenai
alam kodrat tersebut. Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok
dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan
metode ilmu pengetahuan.15)
Karena itu filsafat oleh para filosofi disebut sebagai induk ilmu.
Sebab,dari filsafat lah, ilmu-ilmu moderen dan kontemporer berkembang,
sehingga manusia dapat menikmati ilmu dan sekaligus buahnya, yaitu
_____________________________
14. http://bebenbernadi.wordpress.com
15. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 14
teknologi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup
keseluruhan,tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya, filsafat agama,
filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan
filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang
tertentu.
Di sisi lain, perkembangan ilmu yang sangat cepat tidak saja membuat
ilmu semakin jauh dari induknya,tetapi juga mendorong munculnay arogansi
dan bahkan kompartementalisasi yang tidak sehat antara satu bidang ilmu
dengan yang lain. Tugas filsafat di antaranya adalah menyatukan visi
keilmuan itu sendiri agar tidak terjadi bentrokan antara berbagi
kepentingan. Falsafat sepatutnya mengikuti alur filsafat, yaitu objek
material yang didekati lewat pendekatan radikal, menyeluruh dan rasional
dan begitu juga sifat pendekatan spekulatif dalm filsafat sepatutnya
merupakan bagian dari ilmu. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga
secara menyeluruh kita dapat memeahami sumber, hakikat dan tujuan
ilmu.15)
Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan,dan kemajuan ilmu di berbagai
bidang,sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer
secara historis. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam
mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan
yang ilmiah dan non-ilmiah.
Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami
ilmu dan mengembangkannya mempertegas bahwa dalam persoalan sumberdan
tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan. Ilmu pada
perinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan
mensistematiskan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari
pengalaman dan pengamatan dalam
_______________________
15. http://bebenbernadi.wordpress.com
kehidupan sehari-hari. Ilmu dapat merupakan suatu metode berfikir
secara objektif (objective thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan
memberi makna terhadap dunia faktual.pengetahuan filsafat, yakni
pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan
spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas
dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Pengetahuan mengandung beberapa
hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan tuhan, yang
sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan cara berhubungan
dengan sesama manusia,yang sering juga disebut dengan hubungan
horizontal.
Dari sisi lain Raghib al-Asfahani juga membagi ilmu sebagai ilmu
teoritis dan aplikatif. Ilmu teoritis berarti ilmu yang hanya
membutuhkan pengetahuan tentangnya. Jika telah diketahui berarti telah
sempurna, seperti ilmu tentang keberadaan dunia. Sedangkan ilmu
aplikatif adalah ilmu yang tidak sempurna tanpa dipraktikkan, seperti
ilmu tentang ibadah, akhlak dan sebagainya.16
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas
manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan
pengetahuan secara sungguh-sungguh. Dia memikirkan hal-hal baru, karena
dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari
itu.manusia mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna kepada
kehidupan, manusia” memanusiakan diri dalam hidupnaya” dan masih banyak
lagi pernyataan semacam ini, semua itu pada hakikatnya menyimpulkan
bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu.
________________________
16. Yusuf Qardawi, 1998, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan
Ilmu Pengetahuan, hal. 88
Dengan menjelaskan kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam pikiran.
Kesulitan tersebut adalah pendapat yang mengatakan bahwa tiap-tiap
kejadian dapat diketahui hanya benar segi subjektif. Dengan jalan
memberi pertimbangan-pertimbangan yang positif, menurut Rasjidi, umumnya
orang beranggapan bahwa tiap-tiap benda mempunyai satu sebab. Contohnya
apa yang menyebabkan Ahmad menjadi sakit.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang
benar. Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya
karena sifat dan watak pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan tentang alam
metafisika tentunya tidak sama dengan pengetahuan tentang alam fisik.
Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai
kebenaran namun masalahnya tidak hanya sampai di situ saja. Problem
kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya espistemologi.17)
C. Kesimpulan
Filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada
[realita] sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu
bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin
bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian
filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
Filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari
segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar.
Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik dan intensif.
______________________
17. http://bebenbernadi.wordpress.com
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara
substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari
peranan filsafat. Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa Yunani
dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris.
Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup besar dengan
ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan
bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi, baik yang berkaitan dengan
makro kosmos maupun mikrokosmos.
Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang
menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan
sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya. Filsafat sebagai
induk dari segala ilmu membangun kerangka berfikir dengan meletakkan
tiga dasar utama, yaitu ontologi, epistimologi dan axiologi. Maka
Filsafat Ilmu merupakan bagian dari epistimologi (filsafat ilmu
pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan
ilmiah).
Referensi
• A. Mustofa, Filsafat Islam, 2004, Bandung: Pustaka Setia
• Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu Sejarah & Ruang Lingkup Bahasan, 2004, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://salwintt.wordpress.com/artikel/kisah-islami/pengertian-dan-ruang-lingkup-filsafat-ilmu/
Kamis, 07 Maret 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar